Di tahun 2013 yang baru memasuki usia hampir tiga bulan ini, cukup banyak sajian akhir pekan berupa gigs,event, sampai pameran yang cukup memanjakan mata,telinga, dan hati di Kota Makassar. Ada inisiatif untuk menikmati akhir pekan yang berbeda dan tidak selalu akrab dengan keramaian atau kemacetan jalan.
Salah satu inisiatif cemerlang itu dilaksanakan Vonismedia dengan merayakan akhir pekan dengan “Malino Land” di Malino, kawasan dataran tinggi di Sulawesi Selatan. Kegiatan ini berisi sajian musik, pemutaran film, taman baca, dan pameran foto. Malino dipilih sebagai tempat untuk menikmati itu semua karena diyakini suasananya yang masih asri dan berudara segar. Keadaan ini dianggap sangat mendukung relaksasi bagi yang ingin merayakan akhir pekan yang berbeda.
[Foto: Farid Wajdi]
Ada 10 band atau kelompok yang cukup dikenal di skena musik indie Makassar. Mereka menyajikan musik dengan karakter mereka masing-masing. Dan, yang pastinya, ada taman baca yang digelar oleh Kedai Buku Jenny dan pameran foto stage yang keren dari teman-teman StageID Makassar.
Acara yang berlangsung setelah Maghrib dibuka dengan gempuran distorsi dari All Confidence Out yang baru saja merilis album perdananya pertengahan tahun lalu. Penampilan mereka disusul Archisexture dan Paniki Hate Light dengan post-hardcore yang mampu menghentak udara Malino yang dingin. Lalu tampil Kicking Monday dengan format akustik membawakan folk/bossanova dengan apik, Tabasco mengundang decak kagum dengan lagu-lagu bernuanasa psychedelic rock, Urban Eggs dengan ethnic fusion rock yang mampu membuat kepala tak hentinya bergeleng dan mendapat pula perhatian mengingat skill individu personil yang ciamik, sampai dentuman ritmis padat dan rapat Algore Corp yang mengusung technical death metal. Kabar terakhir mereka bakal merilis albumnya pertengahan tahun ini. Yang pasti, semua penampil malam itu mampu menghangatkan udara Malino yang cukup dingin menjelang tengah malam.
[Foto: Farid Wajdi]
Saat jam menunjukkan angka 12 malam, pihak penyelenggara acara memberitahukan, bahwa penampil berikutnya Myxomata, Melismatis dan First Moon bakal menyajikan musik pada subuh. Acara malam itu dilanjutkan dengan diskusi musik dan screening film.
Diskusi musik berjalan sangat menarik setelah teman-teman dari Kedai Buku Jenny melontarkan ide untuk membuat buku tentang napak tilas sejarah musik indie Makassar dari era 80-an sampai sekarang. Ide yang sangat ditunggu-tunggu bila benar-benar direalisasikan. Selesai diskusi, acara berlanjut memutar film indie yang berjudul “Delusi” karya Aditya Ahmad dan “Memburu Harimau” karya Arman Dewanti.
[Foto: Farid Wajdi]
Setelah adzan berkumandang dan salat Subuh dilaksanakan, penampil berikutnya Myxomata yang mengusung ambient pop instrumental. Kelompok ini membangunkan para penikmat musik yang masih terlelap maupun yang masih terjaga untuk kembali memakukan pandangan di panggung yang sederhana beratapkan langit cerah Malino pagi itu. Myxomata sukses mengundang tepuk tangan dan dilanjutkan dengan Melismatis yang lebih senang disebut kelompok ensemble ini. Mereka mengusung post-rock di hampir keseluruhan komposisi lagu-lagunya yang mampu membuat mata terpejam sambil menikmati alunan bebunyian berpadu dengan sejuknya udara pagi Malino. Sungguh menyenangkan!
[Foto: Farid Wajdi]
Penampil paling akhir yakni First Moon yang mengusung “pop ceria ala kami”, begitu istilah genre yang diusung menurut mereka. Sebanyak lima lagu yang digelontorkan oleh First Moon dan ditutup dengan lagu yang sangat inspiratif, ”Seperti Layaknya Kemarin”,yang sangat cocok menutup Malino Land yang mencetak sejarah baru di skena musik indie Makassar.
Mengutip ucapan vokalis/gitaris First Moon, Fadli mengatakan, “Suatu hal yang unik akan menjadi antik. Dan barang yang antik akan menjadi mahal saat eranya berlalu.” Satu kutipan inspiratif sambil merayakan akhir pekan yang bersejarah di Malino.
[Achmad Nirwan, @achmad_nirwan, awak Hilite Band; Muh. Farid Wajdi, @aiwajdi, fotografer anggota StageID Makassar]
Pingback: MALINO LAND 2013 : UNIK DAN ANTIK | back to one another one·