Berbuka Puasa dengan Puisi tentang Kota

Anak muda Makassar menggelar Buka Puisi, acara pembacaan puisi menjelang berbuka puasa, Sabtu sore, 20 Juli 2013. Saya menghadiri salah satu kegiatan bertajuk Buka Puisi bertempat di Sushibizkid Jalan Pettarani, atas undangan seorang teman seminggu yang lalu. Klub Buku Makassar menginisiasi kegiatan ini bekerja sama dengan beberapa komunitas lainnya, seperti Jalan-Jalan Seru Makassar dan Serikat Sastra Pinggiran.

Dokumentasi Klub Buku Makassar

Hujan yang mengguyur Makassar sejak pukul tiga sore, tidak mengurangi keramaian kegiatan ini. Walaupun dimulai pada pukul 16.30, setengah jam lebih lambat dari yang direncanakan. Buka Puisi diisi dengan pembacaan puisi oleh anak-anak muda Makassar. Menunggu waktu berbuka puasa sambil mendengarkan pembacaan puisi ditambah hujan yang tidak begitu deras menjadi keromantisan sendiri.

Kak Jingga (pemilik akun @jinggalestari) mengawali acara dengan menceritakan Klub Buku Makassar. Klub Buku Makassar adalah sebuah komunitas pencinta buku yang ada di Makassar. Buka Puisi adalah salah satu kegiatan komunitas ini, yang dilaksanakan pada bulan ramadan. Selain pembacaan puisi, kegiatan Buka Puisi juga menggelar lapak penjualan buku baru maupun bekas. Hal ini bertujuan untuk menularkan virus membaca di kalangan warga Kota Makassar.

Setelah cerita dari Kak Jingga, seorang perempuan pemilik akun twitter @tulisanindah_ menjadi pembaca puisi pertama. Empat anak muda berturut-turut yang juga membacakan puisi adalah Kak @boom2s, @rizkaerzeta, dan @dalam_rindu. Saya datang terlambat ke acara ini. Sehingga tidak sempat menyaksikan keempat anak muda tersebut membacakan puisi. Saya pun tidak mengetahui nama asli semua pemuisi yang hadir. Jadi, sebagian besar yang saya tuliskan hanya nama akun twitter mereka. Pembacaan puisi kemudian disela dengan buka puasa bersama.

Setelah semua menyantap hidangan berbuka masing-masing, acara pembacaan puisi dilanjutkan. Seorang perempuan berjilbab ungu, pemilik akun @azzurazelea, membacakan puisi Aslan Abidin berjudul “Arak Terakhir”, yang terdapat di dalam buku “Wasiat Cinta”. Setelahnya, Faisal Oddang membacakan tiga puisinya. Kemudian seorang lelaki pemilik akun @matamatahari_ tampil dengan dua musikalisasi puisinya. Dilanjutkan dengan pembacaan tiga puisi oleh Kak Fuad (@priahujan).

Para pemuisi yang hadir tidak hanya membacakan puisi yang bertema cinta personal dua individu. Tetapi juga bertemakan kritik sosial. Puisi, sebagai salah satu karya sastra, dapat menafsirkan segala peristiwa yang berlangsung di lingkungan kita.

Tiga hari sebelum pelaksanaan kegiatan ini, Serikat Sastra Pinggiran mengadakan lomba menulis puisi dengan tema Puisi Kota, secara online. Serikat Sastra Pinggiran mengajak kita untuk menuangkan ide maupun keluhan perihal Kota Makassar melalui puisi. Tiga pemenang lomba itu adalah @gadis_pengeja dengan puisinya berjudul “Ujung Pandang dalam Ejaan Televisi”, “Di Losari yang Ombaknya Memecah Buritan Kapalmu” karya @sajakimut, dan “Kota Tanpa Mahkota” ciptaan @yomulf. Melalui puisi-puisi tersebut, mereka menceritakan Kota Makassar. Dari budaya, politik, hingga tata ruang yang karut marut. Hal ini menunjukkan kecintaan anak-anak muda Makassar terhadap kotanya. Tumbuhnya budaya literasi di kalangan anak muda dan juga sebagai wujud sumbangan mereka kepada kota ini.

Dua pemuisi terakhir, Aan Mansyur dan Ibnu (yang juga bertindak sebagai moderator), menutup acara Buka Puisi ini. Hujan berhenti lebih dulu. Tidak lupa moderator menginformasikan bahwa kegiatan Buka Puisi akan kembali dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2013, di halaman depan Fort Rotterdam mulai pukul 16.00 Wita. Siapa saja boleh datang dan membacakan puisinya.

Keceriaan tampak pada wajah orang-orang yang hadir di kegiatan ini, hampir semuanya anak muda. Gairah kreativitas anak-anak muda Makassar ini semoga bisa membuka mata pemerintah yang semakin hari hanya menyibukkan diri dengan politik-suara dan pengrusakan lingkungan: pohon, jalanan, hingga pantai.[]

Bagikan Tulisan Ini:

Serikat Sastra Pinggiran (1 Posts)


Tinggalkan Komentar