Kita yang menikmati masa kecil di era 90-an, patut berbangga, jika membicarakan perihal lagu anak-anak. Era itu, walau gempuran televisi tidak begitu massif dengan tayangan musik, telinga kita seolah begitu kaya dengan koleksi lagu anak-anak yang biasanya dinyanyikan secara koor saat pulang bermain di sore hari, berteman debu dan kotor di seluruh badan. Mengapa bersyukur? Karena hingga kini, playlist lagu-lagu tersebut masih juara untuk diperdengarkan pada anak-anak kita, tinggal mengorek sedikit ingatan masa lalu, maka seluruh tembang anak-anak tersebut akan meluncur mulus kita nyanyikan. Makanya tidak heran, jika anak saya begitu fasih menghapal lagu-lagu yang diberikan gurunya di sekolah, itu karena list lagunya sama dengan yang ibunya dapatkan saat TK dulu. Pilihlah, itu anugerah atau sebuah kutukan, sehingga tidak ada lagi upgrade untuk lagu anak-anak, dan kita tertumbuk di era 90-an, di masanya Meisyi, Cikita Meidi, Joshua, Trio Kwek-Kwek, yang saat ini sedang berlomba menuju tua.
Dan jangan salah, kemirisan ini dipedulikan banyak orang. Buktinya, stasiun televisi swasta berlomba mengapresiasi anak dengan mewadahi bakat seni mereka. “Mewadahi” dalam arti yang lebih luas lebih cenderung mengeksploitasi, alih-alih menghidupkan “kebahagiaan” masa kecil dengan bernyanyi dan bergembira, mereka dibentuk sedemikian rupa untuk menjadi “lucu” dengan menjadi dewasa sebelum waktunya. Mereka anak-anak yang menyanyikan lagu orang dewasa, dengan mengubah kata “pacar” menjadi “teman”, kata cinta menjadi sayang. Berharap dari perubahan diksi itu, mereka telah membuka khazanah lagu anak-anak. Juga, beberapa bulan lalu, sebuah televisi swasta mengadakan kompetisi lomba cipta lagu anak. Yah, lagunya bagus, inspiratif penuh pesan moril tapi menurutku tetap tidak cocok dinyanyikan oleh anak-anak, pilihan aransemennya, kata-katanya, tidak mencerminkan “ketakjuban” dunia anak-anak.
Nah, kata ”takjub” ini yang perlu kita bahas dalam KBJamming Vol. 6, di Kedai Buku Jenny, Perumahan Budi Daya Permai Blok S No. 5 Tamalanrea, mulai 13.30 – 18.30 Wita, 28 Juli 2013. Obrolan dan Jamming ini akan diramaikan oleh Someday On June, Empat Ritme, DB3 Voice, MusikKamar90, Diantra Hollywood Nobody, Nurhady Sirimorok, dan SR Cakrawala.
Coba dengar ulang hampir semua lagu anak yang kita hapal. Pelangi, hujan, naik delman, becak, cicak, naik ke puncak gunung, dan seabrek lagu lainnya. Dalam semua lagu tersebut ada ketakjuban seorang anak yang mellihat pelangi, yang mendengar hujan, yang berbahagia mendengar suara sepatu kuda, yang kekenyangan karena semangkok bakso, yang basah karena diguyur obokan air, atau ketakjuban karena memiliki kuku-kuku yang indah. Lagu anak hari ini, yang kerap dinyanyikan oleh boyband serupa Cowboy Junior, Super7, dan beberapa kelompok girl band anak-anak, tidaklah memberikan ketakjuban-ketakjuban kecil seperti itu. Mereka dibuat sok dewasa dengan menyampaikan tentang persahabatan secara tersurat. Tentang kerja keras, tentang kejujuran. Nilainya sudah tepat, tapi sekali lagi, mereka tidak dibuat “menakjubkan”.
Dan ketakjuban kecil itulah yang membuat lagu anak-anak tidak bisa kita hilangkan dari ingatan. Lagu-lagu anak-anak yang ada sekarang, pada umumnya cocok untuk didengarkan anak, tapi tidak pas untuk mereka nyanyikan. Mereka lupa menyisipkan kenakalan, kecentilan, kebahagiaan masa kecil dalam lagu anak-anak hari ini. Mereka lupa bahwa masa anak-anak akan berakhir cepat, dan kita butuh sesuatu untuk mengorek kebahagiaan masa kecil kita lewat lagu satu hari nanti, mungkin saat kita memiliki anak. Aneh saja rasanya, jika generasi hari ini memiliki anak, lagu apa yang mereka akan perdengarkan pada anak mereka kelak? Lagunya Smash, Noah, Ungu, Wali, dan semua lagu yang kerap menjejali telinga mereka lewat acara musik di televisi. Ooh…betapa mirisnya!
Nah, hari ini mari coba kita refresh pendengaran kita, dengan kembali memutar dan mendengarkan kembali lagu anak-anak. Aku yakin, kita akan menemukan lompatan tinggi masa kecil kita yang bahagia. Semoga memori itu akan membantu kita mencari formula yang tepat untuk dijadikan bahan baku utama menghidupkan kembali keceriaan masa kecil kita, masa kecil anak kita, dan generasi selanjutnya. Mari mendengarkan lagi!